Aku benar2 merah marah ketika ada temanku mangatakan jadi PNS itu hanya nasib serta uang tanpa usaha besar, terlepas aku menyadari kawanku ada benarnya. Entah aku harus kecewa dengan siapa kali ini. Namun aku mulai muak dengan apa yang terjadi sekarang. Seorang yang berusaha untuk mendapatkan keadilan dan dia memiliki potensi untuk itu malah tersingkir secara kejam. Namun sekarang tidak seorangpun yang bisa merubah itu.
Birokrasi negara ini sedang dalam masa yang mencemaskan. Hampir semua bidang ada kecurangan-kecurangan yang terjadi. Mulai dari membuat KTP hingga mendapatkan jabatan yang prestise selalu saja ada cara-cara kotor yang dihalalkan untuk mempermudah berbagai urusan. Kita selalu bangga dengan demokrasi kita, yang sangat populer dengan demokrasi Pancasila. Namun kita tidak sadar bahwa banyak pihak yang menciderai demokrasi itu sendiri. Lalu apa bedanya dengan sistem feodal?apa pemilik harta dan kekayaan selalu menjadi pemenang dia akhir cerita?apa yang kaya tetap kaya?apa yang miskin tetap miskin?Dalam apa yang ditulis kali ini saya akan membahas tentang perekrutan PNS(pegawai negeri sipil). Sebuah jabatan yang menjadi hal paling favorit untuk didapatkan masyarakat Indonesia. Kita tentu mengetahui bahwa hampir tiap tahun ada perekrutan PNS dan selalu slogannya menarik hati para masyarakat dari golongan bawah untuk merubah nasib dan peruntungannya. Benar, slogan yang diusung selalu saja seperti terdapat kejujuran, keadilan, transparan dan yang mampu bersaing secara bersih akan menjadi abdi negara.
Dalam kenyataaannya,bisa 180’ terbalik dengan apa yang digembar-gemborkan. Kita tentu tahu berbagai macam modus yang melegalkan praktek percaloan. Asal kenal dengan pejabat yang berkaitan serta mempunyai cukup dana bisa masuk. Saya tidak munafik dengan apa yang terjadi, maka saya contohkan saudara sepupu saya sendiri. Dia seorang perawat. Ketika ditanyai bapak saya, tentu dia tidak mengaku , tapi setelah didesak cukup lama, akhirnya paklik(paman, bapak dari saudara saya)saya mengaku juga bahwa dia menyogok oknum yang bisa memuluskan jalan guna masuk menjadi PNS.
Di contoh lainnya saya contohkan anak dari Carik desa saya. Dia adalah bidan, sekarang sudah menjadi PNS. Namun nyaris tidak ada seorangpun di desa saya yang tidak mengetahui bahwa pak carik menggunakan uang untuk memuluskan jalan anakanya menjadi PNS. Cerita seperti ini selalu saya dengar dari masyarakat tiap perekrutan PNS(dan berbagai perekrutan lainnya semisal TNI dan Polri) dari masyarakat. Negara ini negara hukum, maka orang kecil tidak bisa bertindak jika tidak mempunyai bukti cukup. Bahkan orang akan dikira hanya asal ngomong dan bisa-bisa malah dijebloskan ke penjara karena merupakan pencemaran nama baik.
Terakhir saya baca koran Jawa Pos dan Surya, serta beberapa sumber warta internet lainnya[1]. Di koran Jawa Pos bagian Nusantara diberitakan bahwa ratusan calo CPNS ditangkap kepolisian(saya lupa tanggal terbitnya). Sedangkan di Surya(12, des 2010) dikatakan bahwa calo PNS bermain dengan modus baru. Modus itu berupa perjokian yang dilakukan sedemikian rupa hingga yang mengerjakan bukan asli yang ikut tes PNS. Penangkapan calo CPNS tentu sedikit banyak membuat hati kita senang, namun ingat, itu belum semua yang ditangkap. Melihat banyaknya calo yang ditangkap, dapat disimpulkan bahwa memang ada oknum yang sengaja akan bermain dalam perekrutan CPNS walau pada kenyataannya memang sudah ada langkah penanggulangan dari yang berwajib.Dari kenyataan yang terjadi sampai saat ini, tampaknya masih sangat sulit untuk membasmi semua kecurangan yang ada. Masih ada saja praktek Kolusi guna memuluskan langkah menuju jabatan PNS. Sebenarnya masih banyak contoh kecurangan-kecurangan yang terjadi baik yang saya dengar langsung ataupun dari berbagai media massa namun kiranya pembaca sudah saya anggap mengerti dengan penjelasan saya sebelumnnya.
Saya merasa bahwa penyebab utama Indonesia tidak mempunyai daya saing di berbagai sektor adalah dikarenakan hal-hal yang seperti ini. Kita bisa membayangkan jika orang-orang yang berkompeten dan memiliki kemampuan kalah dengan orang-orang pengecut yang hanya mengandalkan hartanya. Kemudian saya berfikir, untuk apa kuliah susah-susah, untuk apa belajar, untuk apa mengerjakan tugas hingga peluh keringat membasahi jikalau hasilnya tidak dianggap oleh orang atas yang lebih memprioritaskan orang yang belum tentu berkompeten namun mempunyai uang. Hasil nyatanya adalah pegawai Indonesia yang tidak punya daya saing yang hanya berhasrat mengembalikan modal dari yang telah dia gunakan untuk uang suap saat dia masuk PNS dulu. Lebih jauh tentu pejabat-pejabat negara Korup yang menguasai negara kita tercinta. Pejabat-pejabat yang pantas direvolusi dengan tajamnya pisau Guillotine seperti Louis ke 16 di Prancis dulu.
Dari semua penjelasan yang diterima, di beberapa daerah dikabarkan sudah mereformasi perekrutan PNS. Pakdhe Karwo, Gubernur Jatim, mengatakan akan menindak tegas para pejabat yang berani main-main dalam perekrutan PNS di Jatim. Hal ini didasari adanya laporan seorang calo yang mengaku berhasil meloloskan puluhan orang dalam suatu perekrutan. Selain itu, ada penindakan lain seperti pembuatan tim khusus seperti perekrutan di wilayah Sumut serta penindakan kecurangan di Kotamobagu Sulut. Tentu hal ini merupakan suatu titik cerah bagi kemajuan bangsa ini, walaupun hanya titik kalau saya melihatnya.Terlepas dari kontrofeversi yang ada, saya atau semua pembaca yang sepaham dengan saya tentunya berharap hukum benar-benar ditegakkan dalam negara ini. Jangan sampai hukum hanya dijadikan bingkai yang memajang keadilan sedang disisi lain hanya menguntungkan kaum atas yang berduit. Sudah saatnya hukum tidak pandang bulu. Negara ini harus adil, jujur, bersih, transparan dan menghargai jerih payah anak bangsa yang benar-benar serius untuk memajukan negara Indonesia tentunya. Merdeka(dalam arti sesungguhnya) bagu rakyat Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar