Gelora Bung Karno sudah hampir 40 tahun dibuat pada masa Presiden yang namanya diabadikan sebagai nama stadion itu sendiri. Tepatnya pembangunan dimulai dari tahun 1960 dan selesai pada 1962 dengan biaya pinjaman lunak dari Uni Sovyet. Saat itu, hingga sekarang, stadion ini menjadi kebanggaan masyarakat kita. Berbagi even nasional dan internasional pernah diselenggarakan disana. Dalam hal bola, stadion ini pernah dipakai sebagai even liga nasional hingga sekelas final Piala Asia. Oleh karena itu stadion berkapasitas sekitar 88 ribu tempat duduk ini begitu dikeramatkan. Timnas bola kita pun menjadikannya sebagai stadion utama dalam melakukan berbagai aktifitasnya. Mulai dari latihan, seleksi hingga even pertandingan hampir semua dilakukan disini. Pendeknya stadion ini sudah menjadi rumah bagi timnas bola kita.
Namun apa yang terjadi atas pemberitaan berbagai media tentang kebijakan PSSI sungguh sangat membuat kita kecewa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam gelaran piala AFF 2010 ini PSSI beserta panpel yang bertanggung jawab atas even ini menyatakan bahwa stadion hanya boleh diisi sekitar 70 ribu penonton, itu artinya tidak semua kursi di stadion akan dipenuhi. Mereka berkilah bahwa karena struktur bangunan GBK(Gelora Bung Karno) sudah terlalu tua untuk dipenuhi penonton. Bahkan pada saat pertandingan melawan Thailand mereka menyatakan penonton yang bersorak ketika BP(Bambang Pamungkas) mencetak gol membuat stadion serasa akan runtuh. Nyatanya pada pertandingan berikutnya malah jumlah penonton sekitar 90 ribu, padahal tiket yang dicetak hanya 84 ribu(Jawa Pos). Bahkan menurut beberapa pengakuan penonton, beberapa oknum sengaja menjual kembali tiket atau memasukan anggota keluarga mereka dengan gratis. Dari laporan Jawa Pos, hal ini dilakukan oleh anggota PSSI dan oknum polisi.
Pernyataan berbeda dilontarkan oleh beberapa arsitek stadion dari Rusia yang menyatakan bahwa mereka takjub akan perawatan stadion GBK saat studi banding ke China dan Indonesia.Seperti yang mereka nyatakan di okezone.com, bahkan stadion dapat bertahan hingga 50 tahun kemudian. Disinggung mengenai stadion yang bergertar saat penonton bersorak, pengurus stadion mengatakan bahwa itu memang dikarenakan konstruksi stadion yang elastis dan dirancang tahan terhadap gempa. Sungguh sangat lucu apabila pengurus bola dalam negeri kita sendiri tidak tahu apabila stadion dirancang sedemikian rupa hingga memang bergetar. Nyatanya pernyataan panpel toh hanya omong kosong karena penonton tetap membludak melebihi 70 ribu penonton yang dibatasi.
Bila memang stadion sudah tua dan harus dipindah?
Menurut penulis. Apabila memang benar konstruksi stadion sudah terlalu tua untuk menampung banyak penonton, harusnya mereka mulai berfikir untuk ‘mempensiunkan’ GBK. Tampaknya juga bukan masalah jika kandang timnas harus dipindahkan dari GBK. Salah satu dampak yang terburuk mungkin akan mengurangi aura pertandingan timnas karena GBK memang stadion legendaris yang membuat hati setiap insan bola bergetar jika bermain disana, kapasitasnya pun masih yang terbesar di Indonesia. Lepas dari itu, masih banyak stadion besar dengan tekhnologi yang tidak kalah dengan GBK. Kita lihat saja Gelora bung Tomo di Surabaya, Gelora Sriwijaya di Palembang, Stadion Palaran di Samarinda, atau Sempaja di Tenggarong, semuanya berkapasitas besar dan mempunyai fitur yang tidak kalah dengan GBK. Bahkan rencananya di Riau dan Bandung akan dibangun stadion paling modern di Indonesia. Tentu saja ini bisa dijadikan alternatif jika ada yang menyatakan usia GBK sudah tua.
Perpindahan kandang Timnas memang perlu dipikirkan dengan matang, hal in tidak saja menyangkut tentang kelebihan dan kekurangan stadion. Seperti yang kita ketahui bahwa fanatisme suporter di Indonesia sangatlah besar. Namun tidak semua daerah yang memiliki rasa gila bola yang amat tinggi hingga mau meluangkan waktunya ke stadion secara langsung. Perihal tentang suporter yang akan mendukung timnas nantinya juga bisa dijadikan pertimbangan selain insfatruktur dan lokasi yang strategis dan mendukung. Tidak mungkin apabila stadion jadi pindah maka akan dipindah ke daerah yang tidak memiliki fanatisme tinggi terhadap bola dan pada akhirnya akan sulit untuk mendukung timnas.
Kita sudah melihat bahwa di Jakarta fanatismenya sangat tinggi, hal ini bisa dikarenakan penduduk Jakarta yang terdiri dari masyarakat yang hetrogen dan sangat gila bola. Faktor lain adalah adanya kelompok superter yang tingkat fanatismenya tinggi yaitu The Jak. Tentu keadaan seperti ini sangat berpengaruh terhadap dukungan yang ditujukan ke Timnas. Seperti yang kita ketahui bahwa tiap ada even besar, GBK tidak pernah sepi dari penonton yang mendukung timnas walau kebanyakan dari mereka pulang dengan kecewa karena performa timnas yang angin-anginan. Namun karena kompleksnya masalah di Jakarta(diluar pihak yang menyatakan usia GBK sudah terlalu tua) seperti kemacetan, banjir dan sebagainya, memang perlu dipikirkan lagi tempat lain untuk dijadikan home Timnas. Nantinya juga diharapkan dengan dipindahnya kandang Timnas, akan memberi rasa adil kepada suporter lain yang jauh dari Jakarta untuk mendukung Timnas.
Dalam hal suporter ini, disini saya merekomendasikan tempat-tempat yang sudah memiliki stadion Internasional dengan tingkat fanatisme suporter yang tinggi. Tempat-tempat itu adalah, Surabaya dan Bandung. Selain itu juga ada Palembang sebagai pilihan lain karena melihat tingkat gila bola masyarakatnya masih rendah apabila dilihat dari minimnya suporter yang mendukung tim lokal. Jika Surabaya, stadion yang dibangun di kota yang juga padat ini berbeda dengan Jakarta karena dipilihkan tempat yang ‘sepi’ dari penduduk kota. Suporternya juga sudah kita kenal dengan akronim bonek yang tingkat gila bolanya sangat tinggi walau kadang bikin rusuh. Selain itu, jika Bandung, kita telah mengenal Viking yang merupakan anggota dari Bobotoh dan memiliki rasa gila bola tinggi. Bahkan dalam tahun kemarin, suporter Persib Bandung ini menjadi penonton kedua terbanyak dalam memberi dukungan terhadap Timnas.
Tempat lain yang perlu diperhatikan dalam rangka pemindahan kandang timnas adalah Malang. Kita tidak perlu lagi menanyakan seberapa fanatiknya suporter ini terhadap bola. Perbainan bola sepak disana sudah dianggap seperti agama kedua bagi masyarakatnya. Kita juga tentu masih ingat ketika sekitar 40 ribu masyarakat malang menonton tim kesayangan mereka hingga Jakarta untuk medukung klub malang bernama Arema. Selain itu dalam gelaran piala AFF 2010 ini, beberapa dari mereka rela mendirikan tenda untuk membeli tiket guna mendukung timnas kita. Tampaknya tidak ada tempat lain yang aura bolanya sangat besar di seperti di Malang. Merekapun mendapatkan anugrah suporter terbanyak di Indonesia yang mendukung langsung tim bola mereka di stadion. Sayangnya satu yang kurang dari Malang adalah tidak memiliki stadion standart internasional seperti di kota-kota lain yang disebutkan tadi. Memang ada stadion Kanjuruhan, namun tampaknya stadion ini juga masih kurang layak jika digunakan untuk kandang Timnas. Tampaknya pembangunan stadion yang representatif disini sangatlah perlu karena melihat tingginya animo bolanya.
Berdasarkan pemaparan diatas, pernyataan bahwa usia GBK sudah tua agaknya memang tidak terlalu relevan digunakan sebagai alasan untuk pemindahan kandang Timnas. Penulis melihat banyak pula stadion di luar Indinesia yang mempunyai konstruksi yang sudah tua. Kita bisa melihat stadion seperti Maracana di Brasil, Old Traffod di Inggris, atau Delle Alpi di Italia. Semua stadion itu mempunyai konstruksi dasar yang cukup tua namun ternyata masih digunakan untuk menonton bola dan tidak ada batasan berapa penonton yang boleh masuk ke stadion. Tampaknya alasan seperti macet, rawan kerusuhan dan berbagai masalah sosial di Jakarta lebih cocok dijadikan alasan bila kandang Timnas memang akan dipindahkan. Namun pada masa seperti ini, tampaknya pemindahan masih tidak perlu dilakukan. Terlepas dari itu, jika memang ada pembatasan penonton di GBK, hendaknya diadakan renovasi terhadap kapasitas penonton. Pengalokasian tiket juga harus profesional untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Toh kita sudah melihat bahwa sepakbola adalah alat pemersatu bangsa dan memperkuat nasionalisme. Jadi tidak ada ruginya mendirikan fasilitas tingkat dunia untuk timnas kita.